Indikator Suram PMI: Sektor Manufaktur Indonesia Kembali Merosot di Oktober 2024
Industri manufaktur Indonesia kembali mengalami tekanan di Oktober 2024, menurut laporan terbaru dari survei Purchasing Manager's Index (PMI) yang dilakukan oleh S&P Global Market Intelligence. Dengan angka PMI masih berada di bawah angka 50 selama empat bulan berturut-turut, sektor ini terus menunjukkan tanda-tanda pelemahan. PMI Oktober 2024 tercatat di level 49,2, angka yang menandakan aktivitas manufaktur Indonesia sedang mengalami kontraksi.
Paul Smith, Direktur Ekonomi S&P Global Market Intelligence, menjelaskan, “Perekonomian manufaktur Indonesia terus menurun pada Oktober, dengan produksi, permintaan baru, dan ketenagakerjaan turun secara marginal dibandingkan September.”
Penurunan ini tak hanya terlihat dari angka PMI yang berada di bawah 50, namun juga dari berbagai indikator lainnya. Produksi dan permintaan baru turun seiring dengan melambatnya kondisi pasar. Di sisi ketenagakerjaan, jumlah pekerja di sektor manufaktur juga mengalami penurunan, meskipun perusahaan mampu menyelesaikan backlog pekerjaan yang ada. Dalam situasi ini, perusahaan justru melihat peningkatan stok barang jadi yang tidak terserap pasar.
Faktor Ketidakpastian Geopolitik: Pelanggan Berhati-hati
Paul Smith juga menyoroti adanya pengaruh ketidakpastian geopolitik yang turut memperlambat aktivitas pasar. "Aktivitas pasar kurang bergairah, yang dalam beberapa kasus berkaitan dengan ketidakpastian geopolitik yang menyebabkan klien waspada dan tidak bergerak," ujarnya. Ketidakpastian ini memicu sikap hati-hati dari para pelaku industri, baik dalam hal produksi maupun permintaan baru.
Apa Arti Angka PMI di Bawah 50?
PMI sendiri merupakan indikator vital bagi dunia bisnis dan ekonomi. Angka di bawah 50 mengindikasikan bahwa sektor tersebut sedang dalam fase kontraksi, sedangkan skor di atas 50 menunjukkan ekspansi. Sejak Juli 2024, sektor manufaktur Indonesia telah konsisten berada di bawah 50, menandakan adanya pelemahan berkelanjutan dalam sektor ini.
Dampak pada Ekonomi yang Lebih Luas
Penurunan di sektor manufaktur ini dapat memberikan dampak luas pada ekonomi Indonesia. Sektor ini, yang memainkan peran penting dalam PDB dan penyerapan tenaga kerja, menjadi salah satu indikator stabilitas ekonomi nasional. Dengan penurunan aktivitas manufaktur, prospek pertumbuhan ekonomi jangka pendek Indonesia menjadi lebih rumit.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Dalam situasi seperti ini, pemerintah dan pelaku industri perlu mempertimbangkan langkah-langkah yang lebih inovatif untuk mengatasi masalah ketidakpastian pasar dan memperkuat daya saing manufaktur. Di tengah kondisi global yang penuh gejolak, fokus pada efisiensi produksi dan diversifikasi pasar bisa menjadi strategi untuk mempertahankan daya saing.
PMI yang terus menurun menjadi pengingat keras bahwa Indonesia perlu segera melakukan langkah proaktif agar sektor manufaktur bisa kembali pulih dan berkontribusi pada perekonomian nasional yang lebih solid.
sumber : idx_channel